Kamis, 02 Februari 2012

Mercedes-benz C200 Kompressor 2008

Mercedes-benz C200 Kompressor 2008






Dua tahun lalu, banyak majalah Jepang yang wilayah sumber jurnalistiknya adalah Amerika Serikat, selalu menerbitkan artikel mobil Jerman dengan kombinasi modifikasi Amerika Serikat dan Jepang. Misalnya bodi putih memasang forged wheel, atau mengombinasikan velg Jepang dengan aksesori American diamond. Itu konsep yang selalu diusung sehingga ada dinamika baru dimana tren modifikasi muncul selalu tanpa batas kreatif. Sedan sporty di depan mata kepala saya ini merepresentasikan ketiga kutub otomotif dunia itu. Keagungan performa Jerman disandingkan dengan identitas Jepang, dan paket country road safety kepunyaan negaranya Barack Obama. Lihat…, aerodinamika kit yang tersemat jelas sekali kepunyaan AMG, sebuah tuner kenamaan yang dipercaya Mercedes-Benz. Namun ada satu yang sangat berbeda ketimbang peranti yang sama namun untuk pasar global yaitu lampu sein di ujung bumper depan. Ini sebuah aturan keselamatan yang ada dalam regulasi lalu lintas di Amerika Serikat. Dari zaman saya lahir hingga sekarang, warna kuning tambahan itu selalu ada di mobil yang dirilis di sana. Sometimes spec down, sometimes special. Di Tanah Air, peranti keamanan tambahan itu menjadi kebanggaan yang tak terkira. Saya jadi teringat Tiger yang memasang American bumper style. Jadilah saya cukup suprise berkat alat itu. Belum lagi 3 cm di sampingnya, ada roda 20 inci yang di labelnya tersemat nama HRE dan Michelin. Paduan yang biasa diaplikasi oleh Wibowo Santosa. Velg dengan offset tinggi ini secara radial beriri tegak dengan bibir fender. Angin tak banyak masuk ke ruang spakbor, sehingga koefisien drag tak bertambah. Saya sih percaya saja, lah wong AMG tak kan pernah keluarkan produknya jika belum dites di wind tunnel. Maka, mau dibawa kemana mobil ini? Lantaran Jojo sampai sekarang masih suka ngebut sirkuit gokart. Apalagi cara nyetir C200K-nya yang sudah efisien dan efektif. Janganlah heran bila after hours -tepatnya sesudah jam sekolahnya-, ada Si Putih yang secepat kilat berpindah jalur jalanan metropolitan.




Sedan modern sekarang memiliki offset yang tinggi-tinggi. Di atas 40 mm. Alasannya gampang! Sumbu rodanya semakin besar, sehingga hanya butuh velg dengan offset tinggi/dalam. Kalau dulu malah sebaliknya, sumbu roda lebih pendek alias tak terlalu lebar sehingga mengaplikasikan velg dengan offset rendah, misal 30-38 mm. Sumbu roda membesar ini akan berakibat kepada handling, safety dan performa yang semakin meningkat. Body roll berkurang, kestabilan meninggi, dan sebagainya. Offset dan sumbo roda merupakan hubungan sebab akibat yang sangat berkaitan. Lalu bagaimana dengan yang ingin lebih lebar velg belakangnya? Misalnya saja 10 atau 10,5 inci. Secara teori itu bisa saja. Tapi perlu dilihat dasar kegunaan dan efeknya. Lebar yang bertambah otomatis akan berpengaruh ke offset. Jika dihitung maka offsetnya sudah di atas 50 mm. Offset segitu membuat ‘keindahan’ menjadi hilang. Perilaku maniak velg di Indonesia yang teramat suka velg celong, jadi tak terpuaskan. Artinya offset di atas 50 mm susah untuk celong.



RUMAH MODIFIKASI:
Permaisuri, Mahakam, Jakarta Selatan SPESIFIKASI; Body kit AMG, knalpot AMG, velg HRE 893R 20x(8,5+9,5) inci, ban Michelin Pilot Sport 2 245/30ZR20 & 255/30ZR20, per Eibach

Tidak ada komentar:

Posting Komentar